Senin, 10 Oktober 2011

Mau Belajar ??? Bagaimana Seorang Ayah Yang Takut Tuhan Mendidik Anak ?


Bacaan :
Efesus 6:4 :
“Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan”.

Cara orangtua mendidik anak sangat menentukan perkembangan anak. Jika mereka gagal mendidik anak dengan tepat, maka anak-anaknya nantinya akan berpotensi menjadi anak yang sulit untuk dipegang, dan lebih buruk lagi, dia akan menjadi calon penjahat dan perusak masyarakat. Karena itu, pendidikan anak merupakan satu hal yang perlu dipikirkan secara serius dan tidak boleh diabaikan. Kalau anak-anak di­didik dengan baik dan benar, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang bermoral, yang mempunyai cara hidup yang berkenan kepada Tuhan.
Pengajaran firman Tuhan kepada anak perlu dilakukan secara berulang-ulang dan dengan tidak bosan-bosannya karena ini akan memudahkan anak untuk mengerti apa yang kita ajarkan. Dalam kitab Ulangan 11:19 jelas dikatakan, “Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
Ayah yang taat kepada perintah-perintah dalam Firman Tuhan akan melakukan hal ini. Kepentingan utama dari ayat ini adalah anak-anak didewasakan dalam “ajaran dan nasehat Tuhan” yang adalah merupakan tanggung jawab seorang ayah dalam rumah tangga. Dalam Amsal 22:6-11, khususnya ayat 6 yang berbunyi “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Mendidik mengindikasikan pendidikan mula-mula yang diberikan ayah dan ibu pada seorang anak, yaitu pendidikan awal. Pendidikan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan anak pada pola hidup yang direncanakan baginya. Memulai pendidikan anak dengan cara sedemikian adalah hal yang amat penting, sama seperti pohon bertumbuh mengikuti arah batangnya waktu baru ditanam.
Dalam mendidik anak, seharusnya orang tua tidak hanya banyak bicara, tetapi lebih banyak memberikan teladan kepada anak. Jadi, seandainya orang tua hendak mengajarkan firman Tuhan mereka harus terlebih dahulu menunjukkannya, memberikan contoh kepada anak. Hal ini tentunya akan lebih memudahkan orang tua dalam mengajarkan segala sesuatu kepada anak.
Pada dasarnya, sejak kecil anak sudah bisa mengerti atau tanggap terhadap teladan yang diberikan orang tua, misalnya ketika diajarkan berdoa. Namun, ketika anak sudah mulai lebih besar, ayah sebaiknya mengajarkan kesaksian hidup, hidup yang dipimpin Tuhan, hidup di dalam Tuhan, dan juga mengajarkan bagaimana melakukan Firman Tuhan di dalam kehidupan yang sebenarnya.
Dalam aspek pendidikan anak, Alkitab memberikan penekanan lebih serius kepada bapak-bapak. Ada 3 alasan yang mendasari penekanan ini,
Pertama, Alkitab mengatakan bahwa pendidikan anak adalah tugas penting yang tidak boleh diabaikan bapak. Seorang ayah tidak bisa meninggalkan tang­gung jawab pendidikan anak dan menyerahkan seluruh aspek pendidikan kepada ibu karena dia sendiri berperan sebagai wakil Allah dalam keluarga.  Rasul Paulus mengatakan, suami adalah kepala bagi isteri sama seperti Kristus adalah Kepala bagi jemaat.
Kedua, anak belajar mengenal Allah melalui figur ayah. Kalau seorang anak mempunyai konsep yang salah tentang ayahnya, maka konsepnya tentang Allah pun salah.
Ketiga, yang seringkali membuat anak marah dan sakit hati adalah ayah. Tentu saja tidak semua ayah berbuat demikian. Tetapi di dalam masyarakat, yang paling sering menganiaya anak adalah ayah. Karena itulah Alkitab mengatakan, “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu.”
Kata “membangkitkan” berarti membuat jadi jengkel, membuat tidak berdaya, memanas-manasi, dan lain-lain. Hal ini dilakukan dengan cara yang salah, yaitu kuasa yang berlebihan, tidak masuk akal, kasar, tuntutan yang kejam, larangan yang tidak perlu. Provokasi semacam ini akan mengakibatkan reaksi yang tidak baik, menumpulkan perasaan, menghilangkan kemauannya untuk hal-hal yang suci, dan membuat dia merasa tidak mungkin bisa memuaskan orangtuanya. Orangtua yang bijaksana berusaha membuat ketaatan sebagai sesuatu yang didambakan dan diperoleh dengan cinta kasih dan kelemahlembutan. Orangtua tidak boleh menjadi penindas yang tidak berTuhan.
Martin Luther mengatakan, “Selain tongkat, siapkan apel untuk diberikan kepada anak pada saat dia berbuat yang baik.” Disiplin dalam pendidikan dan budaya umum harus dilaksanakan dengan hati-hati dan didikan yang terus menerus dengan banyak doa. Teguran, disiplin dan nasehat berdasarkan Firman Tuhan, menegur dan memuji ketika perlu adalah tanda dari “nasehat.” Pengajaran yang diberikan bersumber dari Tuhan, dipelajari dalam sekolah pengalamanan Kristiani, dan dilaksanakan oleh orangtua (ayah). Disiplin Kristen dibutuhkan untuk mencegah anak bertumbuh besar tanpa menghormati Tuhan, otoritas orangtua, pengetahuan akan standar keKristenan dan penguasaan diri.

9 komentar:

  1. good Ibu..semoga berguna bagi para pembaca

    BalasHapus
  2. amien...didiklah anak kita dengan kasih...nice post k'Maya...

    BalasHapus
  3. dunia luar semakin kejam dengan dinamika perilaku manusia dan lingkungan.... untuk itu pendidikan dasar untuk menciptakan manusia yang berbudi pekerti yang baik adalah dimulai dari dalam keluarga....anak-anak di jaman sekarang ini menerima perubahan cukup cepat sehingga membentuk perilaku dan pikiran yang lebih kompleks...

    kalau tidak salah di dalam kitab Amsal ada tertulis "di ujung rotan ada didikan".... dan yang dilakukan seorang ayah itu juga adalah teguran.... tapa hati2 sekarang UU Perlindungan Anak/HAM sudah sangat ketat... jadi buat ayah2 kalau memukul anaknya pakai bantal saja yaa.... heheheheee

    BalasHapus
  4. K, Oi, K Stany, K Sam, Makasih ya...untuk komentarnya.....sebagai ortu dan calon ortu kita harus banyak belajar, untuk menyiapkan generasi muda yang baik dan juga yang beriman.Pukul pake bantal boleh k sam.....asal jgn keras2.....

    BalasHapus
  5. terkadang orang tua juga salah dalam memainkan peran sebagai orang tua....
    sikap otoriter orang tua pun dipakai sebagai alat untuk membatasi kreativitas anak....
    orang tua yang baik adalah orang tua yang tahu bagaimana mendidik anak tanpa melukai hati sang anak

    BalasHapus
  6. Pendapatnya diingat ya k herfin.....untuk menjadi aset pembelajaran dimasa depan....., calon ayah masa depan......

    BalasHapus